Acara Talking ASEAN on "Analysing ASEAN's Centrality and It's Commitment to Regional Peace and Stability" yang telah dilaksanakan pada Rabu, 11 Desember 2020 di The Habibie Center diliput oleh Harian KOMPAS ke sebuah artikel berjudul 'Penandatanganan RCEP Bakal Jadi Momentum Paling Signifikan di ASEAN' Untuk artikel selengkapnya, silakan lihat di bawah:
Penandatanganan RCEP Bakal Jadi Momentum Paling Signifikan di ASEAN
Penandatanganan kesepakatan RCEP pada akhir pekan ini di KTT ASEAN bakal menjadi kesepakatan paling signifikan di ASEAN tahun ini, sekaligus memperkokoh posisi China sebagai mitra ekonomi ASEAN bersama Jepang dan Korsel.
HANOI, KAMIS - Para pemimpin ASEAN, Kamis (12/11/2020) ini, memulai pertemuan puncak yang diperkirakan akan membuahkan kesepakatan dagang dukungan China. Pemimpin dari 10 negara ASEAN plus China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru dijadwalkan akan menuntaskan perundingan tentang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yang bakal ditandatangani hari Minggu.
Pertemuan puncak atau KTT ASEAN itu bakal berlangsung secara daring akibat pandemi Covid-19. Kesepakatan RCEP secara progresif akan menurunkan tarif di banyak area dan bisa menjadi kesepakatan dagang terbesar di dunia. Ke-15 negara anggota RCEP mewakili hampir sepertiga penduduk dunia dan 29 persen produk domestik bruto (PDB) global.
'Penandatanganan RCEP bakal menjadi momentum bagi perdagangan kawasan, khususnya di kalangan negara-negara penanda tangan (kemitraan),' kata Nguyen Quoc Dung, Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam.
Perundingan RCEP dimulai 2012. Penandatanganan kesepakatan RCEP bakal menjadi kesepakatan paling signifikan di ASEAN tahun ini, sekaligus memperkokoh posisi China sebagai mitra ekonomi ASEAN bersama Jepang dan Korea Selatan.
Sementara itu, dalam diskusi 'Talking ASEAN' yang digelar The Habibie Center, kemarin, di Jakarta, pengamat mengingatkan agar ASEAN perlu dibuat relevan lagi di tengah persaingan Amerika Serikat-China. Forum dan pelantar dialog ASEAN dipandang belum memenuhi kepentingan kekuatan luar ASEAN.
'Asia Tenggara jelas akan menjadi ladang kompetisi kekuatan besar,' kata Lina Alexander, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Faisal Karim, juga jadi pembicara.
Tantangan pertama bagi ASEAN ialah membuat forum-forum dialog dengan mitranya, seperti ASEAN+3 dan East Asia Summit (EAS), relevan. ASEAN perlu membuat para mitranya tertarik lagi memanfaatkan forum-forum itu. Mitra-mitra ASEAN juga lelah dengan persaingan kekuatan besar di kawasan.
Tantangan kedua ASEAN ialah menajamkan konsep sentralitas ASEAN. Sampai sekarang, menurut Lina, konsep itu tak benar-benar jelas, terutama di tengah persaingan kekuatan besar di kawasan. Di tengah persaingan itu, kekuatan luar menempatkan kepentingan masing-masing di atas kepentingan bersama di kawasan.
Tantangan ketiga ASEAN ialah menemukan pemimpin yang sebenarnya. ASEAN butuh pihak yang bisa mengarahkan atau membentuk organisasi ini. Di masa lalu, peran itu kerap dijalankan Indonesia yang dipandang sebagai pemimpin tradisional di kawasan. Kini, terutama dengan alasan penerapan prinsip tidak saling mencampuri, ASEAN terkesan tidak mempunyai pihak sentral yang bisa memimpin kawasan.
Solusi
Menurut Faisal, merelevankan lagi ASEAN membuat organisasi itu bisa menjadi bagian dari solusi dari ketegangan di kawasan. Upaya merelevankan ASEAN perlu dilakukan karena organisasi itu dan forum-forum yang ditawarkannya dianggap belum sesuai kepentingan pihak yang terlibat di kawasan.
Indikasinya, antara lain, pihak luar menawarkan konsep baru untuk menyikapi dinamika kawasan. AS, Jepang, dan Australia menawarkan konsep Indo-Pasifik menurut versi masing-masing. China membawa Inisiatif Sabuk dan Jalan. Padahal, selama ini ASEAN telah punya forum dialog seperti EAS dan ASEAN+3. Atas inisiatif Indonesia, ASEAN kini telah memiliki Pandangan Indo-Pasifik.
Faisal menyebut, rangkaian KTT ASEAN mulai Kamis hingga Minggu menjadi kesempatan ASEAN membuat dirinya relevan lagi. KTT dan rangkaian kegiatan penyerta juga menjadi kesempatan bagi ASEAN dan mitranya untuk kembali mengeratkan kerja sama di tengah pandemi.
'Penandatanganan menunjukkan masalah-masalah teknis akan telah selesai,' kata Faisal.
RCEP akan menjadi blok dagang terbesar karena melibat negara-negara dengan populasi total hampir 3 miliar jiwa. Selain ASEAN, RCEP akan ditandatangani oleh China, Jepang, Korea Selatan, hingga Australia. India awalnya ikut dalam proses pembahasan. Di tengah jalan, India mundur meski telah dibujuk Jepang dan Korea Selatan. Dalam RCEP, China menjadi kekuatan utama baik dari sisi produk domestik bruto, populasi, hingga kapasitas produksi.
Penandatangan RCEP, menurut Faisal, menunjukkan KTT akan banyak membahas masalah ekonomi. Di tengah pandemi, upaya-upaya peningkatan kerja sama ekonomi amat penting. (REUTERS)
[Artikel ini pertama kali diposting oleh Harian KOMPAS pada tanggal 12 November 2020 dan bisa ditemukan di: https://kompas.id/baca/internasional/2020/11/12/penandatanganan-rcep-bakal-jadi-momentum-paling-signifikan-di-asean/]
Komentar