Kepala Bidang Kajian ASEAN, A Ibrahim Almuttaqi dikutip dalam sebuah artikel Harian Kompas berjudul 'Menlu ASEAN Dukung Repatriasi.' Untuk artikel selengkapnya, silakan lihat di bawah:

Menlu ASEAN Dukung Repatriasi

Para menteri luar negeri ASEAN membuat kejutan soal Rohingya. Dalam pertemuan ASEAN Foreign Ministers Retreat di Vietnam, mereka kembali menekankan pemulangan orang Rohingya dari pengungsian. Bersamaan dengan dikemukakannya pernyataan itu, China kembali menegaskan dukungan kepada Myanmar.

"Kami mendorong dialog berkelanjutan antara Myanmar dan Bangladesh untuk memfasilitasi proses pemulangan para pengungsi dari Negara Bagian Rakhine," demikian antara lain pernyataan para menlu ASEAN.

Sejumlah pernyataan, termasuk terkait isu Rohingya, disepakati di Nha Trang pada Jumat (17/1/2020) malam. Hasil pertemuan yang tidak dihadiri Menlu Myanmar Aung San Suu Kyi itu tidak digunakan istilah Rohingya dalam pernyataannya. Mereka menggunakan istilah "pengungsi dari Negara Bagian Rakhine". Sejak masalah Rohingya meletus, ASEAN memang selalu menggunakan istilah itu.

Ketua Kajian ASEAN di The Habibie Center, Ahmad Ibrahim Almuttaqi, mengatakan, Vietnam tidak diharapkan untuk demikian aktif dalam isu Rohingya. Karena itu, mengejutkan ada pernyataan soal Rohingya dalam pertemuan para menlu kala Vietnam jadi ketua ASEAN seperti sekarang.

Bahkan, pembahasan soal Rohingya menjadi yang terpanjang di antara 17 butir pernyataan mereka. "Saya duga ini hasil lobi keras Indonesia dan Malaysia," ujarnya, Sabtu (18/1), di Jakarta.

Dukungan China

Kala pernyataan itu dikeluarkan, Suu Kyi sedang menerima Presiden China Xi Jinping di Naypyidaw, Myanmar. Di sela lawatan itu, Xi sempat menyatakan Myanmar tidak diperlakukan dengan adil.

"Setelah beberapa guncangan, Myanmar menyadari ada standar ganda dalam pendekatan Barat soal hak asasi manusia dan kembali ke China untuk pertolongan diplomatik dan ekonomi," demikian tulis media China yang mendukung pemerintah, Global Times.

Selama Myanmar disorot dalam kasus Rohingya, China membela tanpa banyak tanya. Beijing bolak-balik menolak sanksi internasional untuk Myanmar. China juga menjadi investor dan mitra dagang penting bagi Myanmar.

Sementara Suu Kyi menyatakan Myanmar akan selalu mendukung China. "Tak perlu mengatakan negara tetangga tidak punya pilihan lain, selain bersama selamanya," ujarnya.

Ia juga memuji China sebagai negara penting bagi perekonomian dan politik kawasan ataupun global. Pernyataan itu disampaikan setelah ia, dalam kapasitas sebagai penasihat negara, dan Xi menyaksikan penandatanganan 33 kesepakatan proyek yang didanai China di Myanmar.

Tidak ada penjelasan terperinci soal 33 kesepakatan itu. Hal yang jelas, salah satunya tentang pembagian saham dan hak kelola pada proyek pelabuhan berbiaya 1,3 miliar dollar AS di Kyaukhphyu, Rakhine. Ada pula kajian kelayakan proyek kereta dan penjajakan pengembangan Yangon. Semua proyek disebut bagian dari Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diperkenalkan Xi beberapa tahun lalu.

[Artikel ini pertama kali diposting oleh Harian Kompas pada tanggal 19 Januari 2020 dan bisa ditemukan di: https://kompas.id/baca/internasional/2020/01/19/menlu-asean-dukung-repatriasi/]

Share
Ingin mendapatkan informasi aktifitas The Habibie Center?