Acara Talking ASEAN on "Outlook on Viet Nam's Chairmanship of ASEAN: Hopes and Expectations" yang telah dilaksanakan pada Selasa, 3 Desember 2019 di The Habibie Center diliput oleh Harian Kompas ke sebuah artikel berjudul 'Kekompakan ASEAN Strategis bagi Vietnam.' Untuk artikel selengkapnya, silakan lihat di bawah:

Kekompakan ASEAN Strategis bagi Vietnam

Vietnam, Ketua ASEAN 2020, berkepentingan secara timbal balik dengan kekompakan negara-negara ASEAN dalam menghadapi pengaruh China di kawasan Asia Tenggara.

JAKARTA, KOMPAS - Vietnam akan fokus menguatkan ASEAN selama menjadi ketua organisasi ini tahun 2020. Penguatan ASEAN berguna untuk menyangga kepentingan dalam negeri Vietnam dan Kawasan.

"ASEAN punya makna strategis bagi Vietnam. Mempertimbangkan prioritas geopolitik Vietnam pada kebangkitan China jelas Vietnam akan rugi jika ASEAN lemah. Adalah kepentingan Vietnam untuk memperkuat ASEAN", kata Aleksius Jemadu, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan, Jakarta, dalam diskusi tentang ASEAN di The Habibie Center, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Diskusi bertema "Outlook on Vietnam Chairmanship of ASEAN: Hopes and Expectations" itu juga menampilkan pembicara Wakil Tetap Indonesia untuk ASEAN Ade Padmo Sarwono dan pengajar Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah. Ketua Kajian ASEAN pada The Habibie Center Ahmad Ibrahim Almuttaqi memandu diskusi yang dihadiri perwakilan diplomatik negara sahabat itu.

Vietnam akan menjadi ketua ASEAN, posisi yang dirotasi setiap tahun secara bergiliran di kalangan negara-negara anggota ASEAN, tahun 2020. Negara itu menggantikan Thailand, ketua ASEAN tahun 2019.

Aleksius mengatakan, hubungan Hanoi-Beijing rumit. Beijing adalah mitra dagang penting bagi Hanoi dan anggota ASEAN lain. Di sisi lain, Hanoi-Beijing juga bersengketa gara-gara soal Laut China Selatan (LCS). "Selama keketuannya, Vietnam bisa bersikap keras soal isu ini," ujarnya.

Pemilihan tema "Kohesif dan Responsif" oleh Vietnam selama menjadi ketua ASEAN dapat dimaknai sebagai pentingnya kekompakan ASEAN untuk memperkuat strategi Hanoi mengimbangi Beijing. Kekompakan itu juga diperlukan untuk meningkatkan posisi tawar dalam perundingan soal LCS.

Ade mengatakan, ASEAN dan China dijadwalkan memulai perundingan pembacaan kedua atas Panduan Tata Perilaku di LCS. Ia sepakat, Vietnam akan cenderung asertif soal isu LCS. "Diskusinya mungkin akan lebih menantang", ujarnya.

Indonesia, kata Ade, mendukung keinginan ASEAN memperkuat kelembagaan ASEAN. Bahkan, Jakarta mewujudkan dukungan itu lewat perluasan Sekretariat ASEAN. "Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, Indonesia berharap gedung sekretariat baru bisa dipakai untuk lebih banyak pertemuan ASEAN. Hal itu akan membuat ASEAN lebih terkoordinasi," katanya.

Ade mengatakan, kini semakin banyak negara mengirim perwakilan tetap untuk ASEAN. Perwakilan diplomatik untuk ASEAN dipisah dari perwakilan diplomatik untuk negara anggota ASEAN.

Peran Jembatan

Rezasyah mengatakan, pertemuan ASEAN tidak hanya bisa dilakukan untuk masalah terkait langsung dengan kawasan ini. ASEAN perlu didorong menjadi jembatan perdamaian dan kestabilan di kawasan lain, seperti di Semenanjung Korea. ASEAN bisa mengundang para pemimpin China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Amerika Serikat untuk bertemu di Asia Tenggara dan membahas upaya menstabilkan Semenanjung Korea.

Aleksius mengatakan, Vietnam merasa nyaman dengan sikap kelembagaan ASEAN yang menerima bentuk pemerintahan apa pun. ASEAN juga amat menekankan prinsip tidak saling mencampuri urusan dalam negeri.

Kondisi itu bisa menimbulkan pertanyaan soal isu demokrasi dan hak asasi manusia. Di masa keketuaan Vietnam, diperkirakan tidak ada kejelasan apakah kedua isu akan mendapat perhatian atau tidak.

Menurut Ade, tantangan di masa keketuaan ASEAN antara lain, yaitu banyak warga di kawasan tak paham ASEAN. Mereka tahu soal ASEAN. Walakin, hanya 33 persen warga ASEAN yang paham manfaat dan kiprah organisasi itu. Di kalangan mereka yang tahu ASEAN, paling kerap muncul pertanyaan soal manfaat ekonomi ASEAN.

Vietnam juga mendapat tantangan soal penuntasan perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Dari 16 negara peserta perundingan blok dagang itu, India belum sepakat dengan dokumen RCEP. Di masa keketuannya, Vietnam perlu fokus membujuk India agar menerima RCEP.

Rezasyah mengatakan, tantangan lain bagi ASEAN adalah memperhatikan warga senior. Seiring peningkatan kesejahteraan, populasi warga senior terus bertambah di ASEAN. Di sisi lain, euforia pada Revolusi 4.0 membuat perhatian cenderung terfokus kepada penduduk muda (RAZ).

[Artikel ini pertama kali diposting oleh Kompas pada tanggal 4 Desember 2019 dan bisa ditemukan di: https://kompas.id/baca/internasional/2019/12/04/asean-jadi-penyangga-vietnam/]

Share
Ingin mendapatkan informasi aktifitas The Habibie Center?