Umar Juoro
Senior Fellow, The Habibie Center
Ekonomi Menghadapi Turbulensi
Memasuki 2023, ekonomi Indonesia masih menghadapi turbulensi ekonomi dunia. Inflasi masih tinggi, dengan suku bunga tinggi untuk mengatasinya.
Banyak negara diperkirakan mengalami resesi. Harapannya inflasi sudah di puncak, sehingga kenaikan suku bunga oleh bank sentral selesai. Menghadapi ini, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh memadai.
Ekonomi modern seperti pesawat terbang jet berbadan lebar dengan bahan badan pesawat yang lebih kuat dan ringan. Untuk lepas landas (take off), membutuhkan daya angkat (lift) dalam ekonomi, berupa produksi dan konsumsi , serta mengatasi gaya gravitasi yang menarik ke bawah berupa biaya.
Untuk mengatasi hambatan dari depan (drag), dan meningkatkan kecepatan, dibutuhkan daya dorong yang kuat (thrust), seperti investasi dengan efisiensinya. Pada ketinggian tertentu, dengan kecepatan stabil, pesawat ekonomi menjelajah (cruising), mencapi tujuan dengan aman.
Pada masa pandemi, pesawat praktis tidak terbang (grounded), seperti ekonomi tidak tumbuh, atau bahkan pertumbuhan negatif atau resesi.
Pasca-pandemi, ekonomi kembali tumbuh dengan cukup baik, seperti pesawat menjelajah dengan aman mencapai tujuan. Namun segera cuaca memburuk dengan turbulensi udara; dalam ekonomi politik berupa perang Rusia-Ukraina, serta ketegangan geopolitik China-AS berkaitan dengan status Taiwan.
Keadaan ini diperburuk lagi dengan kenaikan harga (inflasi), seperti pesawat kelebihan dan kebocoran bahan bakar yang membuat pesawat malfungsi. Dalam ekonomi wujudnya adalah kenaikan harga pangan dan energi , serta fluktuasi pasar keuangan.
Inflasi diatasi dengan kenaikan suku bunga tinggi untuk stabilisasi, seperti menurunkan kecepatan pesawat pada ketinggian yang aman. Kemungkinan banyak pesawat berbadan besar terpaksa grounded lagi, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris, yang kemungkinan ekonominya mengalami resesi lagi.
Pilot menentukan
Peran pilot menentukan jalur dan ketinggian penerbangan, mengendalikan pesawat, terutama dalam cuaca buruk dan turbulensi udara.
Pilot seperti presiden negara dengan kopilot adalah menteri keuangan, dan gubernur bank sentral sebagai navigatornya. Wakil presiden negara seperti pilot cadangan yang tidak ikut menerbangkannya. Pada praktiknya, kopilot dengan dukungan navigator yang menerbangkan pesawatnya.
Pada masa pasca-krisis keuangan dunia; suku bunga ditetapkan sangat rendah, sehingga menjadi rentan terhadap spekulasi dan fluktuasi. Bahkan dengan berlebihnya likuiditas, seperti pesawat kelebihan dan kebocoran bahan bakar.
Bisa jadi karena otomatisasi dan perangkat lunak untuk distribusi bahan bakar salah berfungsi, sehingga pesawat mengalami malfungsi.
Dalam situasi ini, pilot biasanya menurunkan kecepatan, yang jika dilakukan tidak dengan tepat justru mengamplifikasi turbulensi. Tambahan lagi, kesalahan memperkirakan perkembangan ekonomi tidak mengantasipasi tingginya inflasi, seperti instrumen pesawat yang salah memberikan indikator cuaca, ketinggian dan kecepatannya.
Mengatasi inflasi tinggi dilakukan dengan menaikkan suku bunga, bisa sampai pada tindakan seperti mematikan salah satu mesin pesawat, dan ini akan menurunkan secara drastis kecepatan dan ketinggiannya.
Menghadapi turbulensi yang cukup kuat, pesawat ekonomi Indonesia masih terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang sepadan.
Pesawat ekonomi masih terbang
Menghadapi turbulensi yang cukup kuat, pesawat ekonomi Indonesia masih terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang sepadan. Konsumsi di sisi pengeluaran dan masih tingginya harga komoditas di sisi produksi, masih menjadi tumpuan.
Di tahun 2023, pertumbuhan ekonomi masih bisa sekitar 5 persen. Namun inflasi, kenaikan suku bunga, dan banyaknya negara yang mengalami resesi; berpengaruh negatif menekan sektor produksi, khususnya perindustrian.
Penumpang pesawat ekonomi adalah pelaku usaha dan konsumen dengan barang dan jasa bernilai tinggi, yang bergantung pada keandalan pilot dalam menerbangkan pesawat ekonomi, terutama dalam menghadapi turbulensi dan cuaca tidak nyaman.
Penumpang kelas satu dan bisnis biasanya didominasi oleh bankir, pengusaha besar, dan keluarga-keluarga kaya. Kemungkinan mereka masih tetap melakukan investasi dan belanja untuk menopang pertumbuhan.
Pada umumnya, pada 2023, bank dalam rencana bisnisnya masih menargetkan pertumbuhan lebih dari 10 persen, dan ini sepadan dengan pertumbuhan ekonomi yang sekitar 5 persen.
Penumpang di pesawat besar juga terimbas dampak inflasi. Mereka saling terkait erat satu dengan yang lain (entanglement) sebagai kreditor dan debitor, produsen dan konsumen, dan pemasok rantai distribusi dan produsen. Bahkan keterkaitan mereka menjangkau penumpang di pesawat lain.
Dengan kemajuan dalam teknologi informasi, semua ini dimungkinkan. Mereka pada umumnya juga rentan dengan panik karena khawatir terhadap turbulensi dari cuaca buruk atau kemungkinan kecelakaan.
Mereka - ketika harus dievakuasi karena malfungsi pesawat - sekalipun mendapatkan jalur prioritas, sulit dalam penanganan. Apalagi ketika pesawat mengalami kecelakaan (crash), seperti krisis ekonomi dan keuangan. Mereka akan meminta talangan (bail out) dalam jumlah yang tidak terbayangkan.
Likuiditas perbankan masih memadai, sekalipun navigator Bank Indonesia kemungkinan akan menaikkan suku bunga kebijakan lagi. Apa yang menjadi perhatian selain inflasi adalah tekanan pasokan dollar AS, karena aliran modal keluar terjadi.
Apa yang menjadi perhatian selain inflasi adalah tekanan pasokan dollar AS, karena aliran modal keluar terjadi.
Dengan perbedaan suku bunga kebijakan BI dan suku bunga The Fed tinggal hanya 0,75 persen - semestinya sekitar 2 persen-, maka tekanan terhadap rupiah pun terus terjadi.
Bergantung kepada kepiawaian pilot dan navigator dalam menyeimbangkan beberapa faktor utama, seperti tingginya suku bunga, inflasi, dan nilai rupiah untuk mendapatkan pertumbuhan (kecepatan) dalam keadaan cuaca buruk dan turbulensi.
Pesawat ekonomi berbiaya murah
Tidak semua penumpang mampu membayar dan tertampung di pesawat ekonomi berbadan besar. Banyak penumpang mempergunakan pesawat berbiaya murah (low cost) berbadan kecil dengan jarak pendek dan terukur.
Kecepatannya sepadan dengan pesawat berbadan besar dengan ketinggian jelajah yang sama, tetapi dengan lebih pendek jarak jelajahnya.
Kenaikan harga pangan dan energi juga berpengaruh serius terhadap pesawat berbiaya murah. Penumpangnya adalah pelaku usaha kecil dan menengah dan juga konsumen yang berpendapatan menengah dan rendah. Mereka sangat fokus pada biaya murah.
Tidak ada kelas bisnisnya. Penumpangnya biasanya kurang berdisiplin, apalagi jika tidak ada nomor tempat duduknya. Pesawat ekonomi berbiaya murah Indonesia masih terbang dengan kecepatan dan kesepadanan dalam hal ketinggiannya.
Mereka juga berperan sebagai pengumpan (feeder) bagi pesawat besar lainnya. Apa yang menjadi perhatian tentunya adalah kelayakan pesawat dan pilot yang terkait dengan tingkat keselamatannya.
Selain itu juga terdapat pesawat komuter dengan mesin baling-baling (propeller) dengan jumlah penumpang yang lebih sedikit dan jarak tempuh lebih dekat. Kecepatan dan ketinggian jelajah juga lebih rendah dari pesawat jet. Perannya juga bisa sebagai pengumpan (feeder) terhadap pesawat jet.
Pesawat ekonomi bahkan terintegrasi dengan aktivitas ekonomi, baik di daratan maupun lautan. Keterkaitan terjadi melalui jaringan (network) transportasi, komunikasi dan tentu saja dengan para penumpang. Penumpang pesawat besar berperan besar dalam mengaktifkan jaringan.
Tentu banyak penduduk yang tidak sanggup menjadi penumpang pesawat. Mereka berpendapatan rendah dan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Sekalipun demikian mereka juga terimbas oleh inflasi, bahkan lebih berat. Untuk mereka, program sosial adalah langkah yang tepat.
Tahun 2023 adalah juga tahun persiapan pergantian pilot yang pemilihannya akan dilakukan pada awal 2024 nanti.
Persiapan pergantian pilot
Tahun 2023 adalah juga tahun persiapan pergantian pilot yang pemilihannya akan dilakukan pada awal 2024 nanti. Beberapa awak senior pesawat bahkan berpartisipasi dalam pemilihan pilot tersebut. Tentu saja ini berpengaruh terhadap efektivitas pekerjaan mereka sendiri. Bisa jadi pilot baru nantinya meneruskan atau mengubah arah dan cara pengendalian.
Pilot, dengan kopilot, navigator dan awak pesawatnya yang baru tentunya diharapakan dapat mengendalikan pesa- wat dengan baik, sekalipun cuaca kemungkinan masih buruk dengan turbulensi untuk mencapai tujuan dengan aman. Sedangkan pesawat ekonomi itu sendiri tak saja butuh perawatan, tetapi juga modifikasi dan otomatisasi untuk lebih efisien dan ramah lingkungan.
Para penumpang juga semestinya lebih partisipatif dalam mendukung berbagai perbaikan dalam fungsi dan layanan. Dengan begitu, seperti membuat pertumbuhan ekonomi dapat cukup tinggi dan berkelanjutan.
Umar Juoro Senior Fellow the Habibie Center
Artikel ini pertama kali diterbitkan di Harian KOMPAS pada 31 Desember 2022 dan dapat ditemukan di https://www.kompas.id/baca/opini/2022/12/30/ekonomi-menghadapi-turbulensi
Komentar