Acara TechTalk Webinar yang diselenggarakan oleh The Habibie Center pada tanggal 15 Juli 2020 dengan judul 'Industri Penerbangan Pasca Pandemi: Lepas Landas atau Lepas Kendali?' dikutip dalam sebuah artikel Liputan 6 berjudul 'Dirut AP I Buka Strategi Bertahan Hadapi Virus Corona.' Untuk artikel selengkapnya, silakan lihat di bawah:
Dirut AP I Buka Strategi Bertahan Hadapi Virus Corona
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I Faik Fahmi membeberkan strategi perusahaannya untuk bertahan di tengah pandemi virus corona.
Ia memaparkan perseroan telah menyiapkan strategi bertahan yang mencakup revenue enhancement dan cost leadership hingga Desember 2020 mendatang.
Revenue enhancement yang dimaksud antara lain menyewakan pesawat kargo kepada beberapa maskapai yang membutuhkan charter kargo tambahan.
"Kami punya anak usaha kargo. Kami mengoperasikan pesawat cargo freighter. Dengan kondisi sulit akhirnya anak usaha kami punya inisiatif mengoperasikan pesawat kargo dan kami sewakan kepada Pelita dan Malindo Air," tuturnya dalam webinar yang digelar Habibie Center, Rabu (15/7).
Kemudian, dalam strategi cost leadership, perseroan fokus untuk mengantisipasi tekanan terhadap arus kas yang disebabkan oleh rendahnya traffic penerbangan selama pandemi.
Faik mengungkap pihaknya melakukan review biaya yang dikategorikan menjadi biaya non-esensial dan esensial.
Ia mencontohkan, misalnya, AP telah melakukan efisiensi non-esensial berupa pengurangan jam operasional dan luas operasional bandara hingga memangkas pekerja.
Sementara untuk biaya operasional esensial yang terkait safety dan security termasuk perawatan runway dan lain sebagainya hanya dipangkas sebesar 20 persen.
"Yang sifatnya non-essensial bisa kami pangkas sampai 90 persen tapi yang berhubungan dengan kontribusi pada pengoperasian bandara efisiensi sampai 85 persen," terang Faik.
AP I sendiri mengalami penurunan pendapatan hingga 98 persen pada Mei 2020 akibat sepinya penerbangan selama pandemi covid-19. Bahkan jumlah penumpang di 15 bandara yang dioperasikan perseroan hanya sekitar 75 ribu orang per bulan atau turun drastis dibandingkan kondisi normal.
"Pada Mei hampir tidak ada penerbangan di hampir seluruh bandara, rata-rata kami melayani 7,5 juta pada kondisi normal. Pada Mei kami hanya melayani sekitar 75 ribu penumpang," pungkasnya.
[Artikel ini pertama kali diposting oleh CNN Indonesia pada tanggal 16 Juli 2020 dan bisa ditemukan di: sini]
Komentar