Acara Webinar "Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia?" yang telah dilaksanakan pada Selasa, 5 Oktober 2021 di Kanal Youtube The Habibie Center diliput oleh Harian KOMPAS ke sebuah artikel berjudul 'Dampak Taliban di Afghanistan terhadap Indonesia: Bagaimana Pencegahan Terorisme Dilakukan?' Untuk artikel selengkapnya, silakan lihat di bawah:

Dampak Taliban di Afghanistan terhadap Indonesia: Bagaimana Pencegahan Terorisme Dilakukan?

Dampak Taliban menguasai Afghanistan juga bisa mencakup Indonesia, dan yang harus diantisipasi salah satunya adalah kebangkitan terorisme.

Persoalan itu termasuk yang paling sering dibicarakan setelah Taliban kembali berkuasa di Afghanistan selepas penarikan pasukan Amerika Serikat (AS).

Lalu, apa yang bisa dilakukan dalam mencegah terorisme sebagai dampak Taliban untuk Indonesia?

Dalam webinar Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia? yang diadakan oleh The Habibie Center pada Selasa (5/10/2021), dipaparkan sejumlah kekhawatiran mulai dari meluasnya konflik hingga bangkitnya kelompok teroris global.

"Kekhawatiran ini telah disampaikan oleh Pemerintah Jepang misalnya, yang memberikan peringatan kepada warganya di ASEAN, khususnya di Filipina, Malaysia, Myanmar, dan juga Indonesia," ujar Imron Rasyid, Kepala Departemen Perdamaian dan Pembangunan dari The Habibie Center.

Akan tetapi, Direktur Pencegahan Densus 88 Anti Teror, Kombes Pol M Rosidi, menerangkan bahwa kelompok teroris yang ada di Indonesia tidak terkait langsung dengan Taliban.

"Namun, perlu kita ingat, bahwa beberapa senior-senior Jemaah Islamiyah merupakan alumni Afghanistan," imbuhnya.

Meski begitu, patut diwaspadai dampak Taliban ke Indonesia dapat memicu euforia dan sarana propaganda atau menstimulus jaringan teror di Tanah Air.

Kemungkinan Afghanistan kembali menjadi medan latihan jaringan teror juga tak bisa dikesampingkan, mengingat memori kelam saat Taliban menguasai negara itu pada 1990-an sampai awal 2000-an.

Terkait hal tersebut, Kombes Pol M Rosidi memaparkan upaya-upaya Densus 88 menanggulanginya, antara lain melakukan penangkapan, terus memantau jaringan terorisme, dan bekerja sama dengan Kementerian Agama.

"Bahkan untuk tahun 2021 ini sampai bulan Agustus, Densus 88 telah melakukan penangkapan yang cukup besar terhadap pelaku teror, kurang lebih 335 orang."

"Ini sebagai bentuk pencegahan, dengan melakukan upaya preventive strike terhadap orang-orang yang memenuhi unsur untuk melakukan tindak pidana terorisme," terang Rosidi.

Kemudian bersama Kementerian Agama (Kemenag), Densus 88 berupaya mengumpulkan informasi terkait moderasi beragama.

"Mudah-mudahan nanti ke depan Kementerian Agama sudah bisa menyusun langkah-langkah terkait dengan moderasi beragama ini."

Cara-cara tersebut dikatakan Rosidi tidak ada perbedaannya antara sebelum dan setelah Taliban menguasai Afghanistan lagi.

"Kita masih tetap sama saja, karena memang tidak ada peningkatan aktivitas terkait dengan kemenangan Taliban di Afghanistan."

"Memang ada euforia saat awal kemenangan Taliban di media sosial ... namun saat sekarang ini situasinya sudah mulai tidak seperti pada awal kemenangannya, dan pergerakan dari kelompok jaringan terorisme sendiri pun tidak ada ancaman yang signifikan."

"Monitoring pergerakan jaringan terorisme ini masih terus kita lakukan," pungkasnya.

Artikel ini pertama kali diposting oleh Harian KOMPAS pada tanggal 7 Oktober 2021 dan bisa ditemukan di: https://www.kompas.com/global/read/2021/10/07/162532070/dampak-taliban-di-afghanistan-terhadap-indonesia-bagaimana-pencegahan?page=all

Share
Ingin mendapatkan informasi aktifitas The Habibie Center?